Shopee

Duduk di depan rumah sambil menatap bulan purnama (Bagian 6)


BIANGLALA CINTA SEORANG KELANA
Karya : Drs. Undang Sumargana, M.Pd 
(Cerita bersambung bagian 6) 

Catatan Kerabatku yang Budiman, maaf aku baru bisa melanjutkan cerita bersambung lanjutan dari bagian 5. Mungkin karena kesibukan cerita ini baru dilanjutkan, selamat membaca teman-temanku, semoga dari cerita yang ku sajikan ada manfaat yang bisa diambil, dan menjadi hiburan ringan bagi para pembaca. 

Duduk di depan rumah sambil menatap bulan purnama, malam bulan puranama adalam malam yang paling indah di desa. Sinar bulan yang dating dari langit seperti melukiskan rahasia para dewi yang berjalan di swarga maniloka. Suara burung pungguk di pohon tinggi berbaur dengan siuran angin yang mengalun di sepanjang lembah menciptakan paduan yang serasi. Bulan yang indah tergantung di langit seperti suatu keindahan yang tanpa cacat. Suatu kemolekan seperti titian bidadari meniti ke langit. Tak terasa ini purnama ke-36 sejak ditinggal mati seorang istri. 
Tak terasa waktu menyeretku dan cepat pergi seringnya dihabiskan di depan Laptop atau di depan |HP untuk berselancar di dunia maya, di FB sebab WA pada waktu itu belum ada.kadang suka lupa waktu banyak waktu tercecer dengan sia-sia. Terasa hidupku tidak teratur kadang terbang kadang menukik meraih apa yang dapat di raih berselancar dari satu tempat ke tempat lain, berselancar di dunia maya memang mengasikkan. Banyak dikenal orang walau tak tau apa tujuan yang harus didapat, di dunia maya kadang aku isengin orang, terutama para wanita yang suka ngumbar status. Kadang kejenuhan mulai merasuki hidupku, tak hidupku teratur penampilanku semaunya, aku tak tau apa yang harus kuraih. Tapi yang pokok aku tidak melupakan tugasku sebagai PNS. Dan aku harus secepatnya menyelesaikan kuliah S2 ku. Akhirnya selesai juga kuliahku sampai diwisuda meraih gelar M.Pd th 2013. Kuikuti acara wisuda walaupun masih diselimuti kesedihan yang dirasakan. 
Malam ini keadaan di desa seperti beku dalam hujan akhir tahun, tirai gerimis yang menjadikan malam semakin kelam, aku asik mengisi kejenuhan dengan mengutak ngatik laptop untuk fesbookan. Kadang aku tertawa sendiri, dunia maya memang penuh kepalsuan, yang kadang menyulap manusia yang jahat menjadi malaikat. Akhirnya aku bosan sendiri. Aku jadi ingat kedatangan tamu wanita siang tadi disekolah, katanya Agen Asuransi, ikut sosialisasi tentang manfaat Asuransi, semangatnya itu yang ku kagumi, tapi sayang dia katanya sudah punya suami,Malam ini keadaan di desa seperti beku dalam hujan akhir tahun, tirai gerimis yang menjadikan malam semakin kelam, aku asik mengisi kejenuhan dengan mengutak ngatik laptop untuk fesbookan. Kadang aku tertawa sendiri, dunia maya memang penuh kepalsuan, yang kadang menyulap manusia yang jahat menjadi malaikat. 
Akhirnya aku bosan sendiri. Aku jadi ingat kedatangan tamu wanita siang tadi disekolah, katanya Agen Asuransi, ikut sosialisasi tentang manfaat Asuransi, semangatnya itu yang ku kagumi, tapi sayang dia katanya sudah punya suami, jangan kau macam-macam!” Nurani baikku berkata lirih. Aku tau diri hanya kagum saja, lagi pula dia memperkenalkan diri berstatus punya suami orang Jawa katanya”. Akhirnya bayangan tentang |Agen Asuransi yang datang kesekolah, lenyap ditelan kantuk dan dinginnya gerimis malam. Aku tertidur meskipun tidurku penuh kegelisahan sehingga aku terbangun pukul 03.00, Sudahlah aku tak berpikir tentang mimpi itu, aku ambil wudu dan terus sholat malam. Dalam doaku tak banyak yang ku minta hanya minta petunjuk Allah untuk membimbingku menelusuri jalan yang terbaik menurut Allah. Ya Allah, Ya Rahman, Ya Rahim Ya Mujibba Syaillin, Ya Mujibba darojatin Biarlkanlah dan getarkanlah bibirku menyebut nama- Mu dan isilah setiap helaan nafasku selalu menyebut nama-Mu. Legalah rasanya hatiku, aku bertekad untuk melangkah dengan semangat baru dan pendekatan diri pada Illahi itu yang banyak kulakukan, tempaan hidup yang kualami biarlah itu cerita lalu yang tak perlu kuratapi, tekadku hidup adalah hidup yang harus kujalani sebagai tabungan kebaikan untuk meraih kehidupan lain di akherat. Aku harus bangkit menata kehidupan agar berlanjut. Tak ada seorangpun yang mampu menolong selain Allah dan diriku sendiri. Beberapa bulan berlalu, beberapa kali ditelpon Agen Asuransi, dia terus mengajakku untuk memiliki polis Asuransi. Hal itu menjadikan aku merasa GR, tapi bila kudesak untuk bicara yang lain dia menghindar malah menutup pembicaraan.
Pikirku ; “Wanita hebat Wanita ulet, sayang dia punya suami” aku menepis pikiran lain jauh jauh, karena aku tau diri dia istri orang. Tapi sekenario Allah berjalan dengan pasti dan tak dapat dihindari. Suatu saat aku ditelpon oleh seseorang yang ingin memperkenalkanku dengan seorang wanita. Ku penuhi juga dan kebetulan tempatnya di Desa Bantarkalong dekat nesjid. Ekh ternyata setelah bertemu dia Wanita yang pernah bertemu di sekolah. ‘Tina Kurnia Agustin” Ia memperkenalkan diri. “Undang Sumargana” kataku, “Kita kan sudah pernah bertemu”, “ Bapak maaf bagaimana nih masuk Asuransinya jadi enggak ?” “Ya sudahlah kita bicara hal lain !” Aku mengalihkan pembicaraan. Itu pertanyaan yang selalu terlontar di awal pembicaraan . Akhirnya dari pertemuan itu, aku tau status dia yang sebenarnya, dia sudah lama hidup tanpa suami, Kerja keras yang dia lakukan untuk menghidupi dua orang putranya. Telah beberapa tahun dia hidup dengan kedua putranya. Aku semakin kagum kepadanya, mungkin untuk melindungi dirinya dari godaan lelaki dia mengaku punya suami, padahal kebanyakan wanita untuk memikat hati lelaki banyak yang mengumbar status pulgar mengatakan jandalah, atau banyak mengaku janda padahal punya suami. Tekadku harus berusaha mendekatinya, siapa tau aku bisa menjadi pendamping hidupnya. Hmmm GR ya. Tadinya aku yang merasa berpenampilan keren dengan PD nya menghisap rokok, pamer batu akik di cincin yang ku pakai, Awalnya aku heran kenapa dia duduknya menjauhi ku tapi dia berkata secara gamblang. “Bapak sayang kan pada Tina ? “Ya pastilah” jawabku dengan percaya diri yang tinggi. “Kalau sayang sama Tina, tolong kurangi merokoknya, aku alergi berat terhadap asap rokok, lagi pula buat kesehatan bapak sendiri” dia berkata lirih sambil memperlihatkan senyum manjanya. Mendapat pernyataan seperti itu aku merasa terpukul dan aku merasa bersalah melihat dia batuk-batuk kena asap rokok.
Aku berkata sambil menunduk lesu “Baik bukan dikurangi, sejak hari besok aku tidak akan mengurangi rokok tapi akan berhenti total dari rokok” aku sembarang berjajanji walau dengan berat hati tak terpikirkan aku mampu memenuhi janji itu atau tidak. Ya mungkin karena ada benih-benih cinta janji itu kulontarkan dan harus kulaksanakan. Aku lebih terpojok lagi, karena sekelas UPTD Pendidikan saja tak mempan melarangku memakai beberapa batu akik sebagai cincin di jari tangan. Insya Allah aku tak akan memakai batu akik sebagai cincin di tangan. Demi mengambil hati dari wanita yang ku kagumi dan merasakan benih cinta yang mulai merasuk di hati aku bertekad akan berhenti merokok, kan semuanya juga tau yang namanya sudah kecanduan merokok sulit untuk berhenti, tapi aku harus harus wujudkan itu. “ Cintalah yang membuat aku berkorban untuk nerobah kebiasaan dan kesanangan?, Emh gak taulah, malu rasanya usia yang mendekati setengah abad rasanya masih memikirkan cinta. Bebernapa bulan telah berlalu, saat itu aku berada di pantai laut di Santolo Garut bersama Wanita yang jadi idamanku dan dua orang teman Wanitanya dari Jakarta. Warna laut yang berkelipan tertimpa cahaya Mentari, seolah rona yang memijar dalam pijaran kehidupan, yang menandakan terang gelap guratan nasib yang menyurat di telapak tangan. Nasib itu pula yang menyeret manusia merankaki jalan kehidupan. Sepanjang musim dan saat. Kini aku tidak pakai Cincin-cincin yang banyak dan besar di jariku, itu kulakukan bukan karena apa-apa tapi karena cinta” aku mulai pembicaraan dengan senyum yang dipaksakan”. ”Cinta saja tidak cukup” dia menjawab dengan tersenyum. “Ya memang jadi Wanita itu harus realistis” kataku mengutip pembicaran dari orang yang telah membeberkan keadaanku sebetulnya tanpa tedeng aling-aling. “Kau sudah tahu keadaan aku yang sebetulnya, baik dari aku secara langsung maupun apa yang didengar dari orang orang , ya mungkin aku hanya sebutir debu yang tak berarti apa-apa”. “Keabadian hanya milik Allah, Dik” .”Ya seperti kita dipertemukan karena takdir Allah”. “Dik, hari ini, dengan sepenuh hati kukatakan, bahwa kekagumanku selama ini yang selalu ku pendam telah membuahkan cinta yang sulit untuk kulupakan, maafkan maafkan aku bila aku lancang, aku tau kita bukan remaja lagi tapi dengan berat hati aku berani untuk mengatakan cinta”.
Dia menunduk, rona merah di pipinya, seolah-olah isyarat bahwa dia sulit untuk menjawabnya, tak ubahnya seperti halnya gadis belia yang baru jatuh cinta. Angin yang bermain kadang kadang singgah menerpa tubuhnya, musik alam seperti konser gaib yang dimainkan oleh tangan tangan yang tak kelihatan. Kemerduannya adalah kemerduan yang tidak ditata dengan nada nada suara tapi seolah musik yang dimainkan para bidadari. Akhirtnya setelah menunggunya beberapa waktu keluar juga jawaban perlahan dan pasti. “Ya aku terima” Perlahan pasti dan yang penting membuatku bahagia yang tiada tara. Sekian lama aku menunggu jawaban itu seolah aku tak percaya, menemukan Wanita idaman, pekerja keras, penuh keiklasan, tekun dan menerimaku apa adanya. Akhirnya sang Kelana menemukan cinta, kataku di dalam hati. Dilangit matahari mulai menaiki cakrawalakegembiraan yang mencuat dari dasar hati, api cinta mencuat di dalam wajah, setelah aku tak tersenyum, kini senyuman mulai terhias lagi diwajahku, begitu pula diwajah calon istriku. Seolah – olah tersenyum pada bumi pada lagit pada laut pada angin, pada semua alam yang telah menyaksikan. kembalinya cinta sang kelana. Ada kegemilangan ysng memancar dari pendaran hidup yang membentang dari tengah buana. Cinta dan hidup tersasa begitu gaib, tapi kegaiban yang penuh kemesraan. Hari itu aku pulang dan berpisah membawa kegembiraan yang bersamayan di hati masing masing.Dua minggu kulalui, walaupun berjauhan, dia ditempat kerja di Jakarta, Emang dia kerja di PT Asuransi Prudential, ia pekerja keras, menata hidupnya dengan rencana yang matang, tapi aku selalu berkomunikasi mellalui Hp sehinga taka da alasan aku untuk kesepian, perubahan hidupku mulai tersa, jadi lebih teratur, lebih rapi, mungkin perbawa hati dan Dia telah memberi warna hidupku ke arah yang lebih baik, aku masih ingat bahwa kesetiaan hal utama sebagai pondasi kehidupan, andaipun keadaan ekonomi terpuruk tapi kesetiaan akan jadi pondasi dalam kehidupan di dalam rumah tangga, ketaatan pada Allah itulah yang akan membuat kita hidup penuh berkah dan kebaikan. 
(bersambung ke bagian 7)
LihatTutupKomentar